Pages - Menu

Monday, February 23, 2015

Pentingnya Label Pakaian


Mengapa label merk dan logo itu penting? Pentingnya label merek, logo untuk produk adalah untuk identitas atau ciri. Karena biasanya pada label merk ataupun logo terdapat sesuatu yang menjadi ciri, seperti desain. Jadi, karena pentingnya label merk, logo untuk produksi sebagai identitas maka harus dan wajib ada di dalam produk fashion dan sejenisnya. Karena jika tidak ada identitas berupa label merek atau logo yang terjadi adalah produk sangat sulit dikenali.

Label baju memang memiliki ukuran kecil, tetapi label baju memiliki peranan yang luar biasa. Label baju dapat dikatakan sebagai alat untuk mempromosikan produk fashion dan sejenisnya yang paling jitu. Biasanya konsumen saat akan membeli produk fashion yang pertama dilihat adalah kualitas produk dan yang kedua itu label baju atau merk. Makanya para produsen fashion tak pernah lupa untuk selalu menempelkan label baju pada produk fashionnya. Jadi, untuk yang sedang merintis usaha fashion, kini sudah mudah mendapatkan label baju atau merk, karena sudah banyak menjual label baju dengan harga yang murah. Kini saatnya Anda menempelkan label baju pada produk fashion agar lebih mudah dikenal konsumen.

Tuesday, February 10, 2015

Bahaya Dibalik Pakaian Bekas Import


Pakaian bekas saat ini menjadi barang yang sering dicari berbagai kalangan masyarakat. Mereka yang memilih barang-barang ini mempunyai berbagai alasan yang beragam, ada yang menganggap barang import tersebut memiliki kualitas yang lebih bagus, ada juga yang ingin memilikinya karena harga barang-barang tersebut lebih terjangkau. Lalu, apa hebatnya pakaian bekas itu? Mengapa barang tersebut merambah kemasyarakat tanpa memandang usia? Dan apakah ada bahayanya pakaian bekas tersebut?

Kita semua tahu bahwa produk dalam negri kita sulit bersaing dengan produk luar negri, apalagi ditambah dengan kebijakan pemerintah melakukan perdagangan bebas dengan cina saat ini dan ASEAN ditahun 2015, tentunya produk kita akan semakin kalah saja dari sisi kualitasnya, kreatifitasnya, inovasinya, sampai dengan harganya. Tidak hanya barang baru saja yang diimport tetapi barang bekaspun diimport termasuk pakaian. Menurut data Kementrian Perindustrian Republik Indonesia pada kuartal 1 tahun 2013 ada sekitar 112 kontainer yang berisi pakaian bekas dan semuanya, barang tersebut tidak memiliki surat-surat yang lengkap alias ilegal, yang masuk dari seluruh pelabuhan indonesia, kebanyakan masuk melalui pelabuhan di Pekanbaru Riau , yang kita ketahui Kemenperin melarang masuk pakaian bekas import ini sejak tahun 2003 silam.

Di Jakarta saja banyak terdapat tempat-tempat yang menjual pakaian bekas import ilegal ini diantaranya di Pasar Senen, Jakarta Pusat, di Kebayoran Lama Jakarta Selatan, di belakang Ragunan Jakarta Selatan, malahan ada yang menjualnya dipinggiran jalan dengan membuka lapak kaki lima. Mungkin yang paling sering terdengar dari temapt yang disebutkan hanya Pasar Senen di Jakarta Pusat yang menjual pakaian bekas, Pasar Senen atau yang sering dibilang poncol ini didirikan sekitar tahun 1733 oleh Yustinus Vicnk sebagai pusat perdagangan batavia waktu itu, pada jaman itu Pasar Senen menjual hasil bumi dan perlengkapan pakaian didalamya hingga saat ini.

Walaupun para pedagang mencari rezeki dengan jalan halal, memperjual belikan baju bekas ini pun tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi barang-barang bekas ini didatangkan secara ilegal dan telah dilarang oleh pemerintah Indonesia dalam peredarannya. Hal ini diungkap Farida, salah satu penjual baju bekas di Pasar Senen ‘’Dari dulu memang barang-barang bekas ini tidak boleh masuk ke Indonesia. Tapi ya mau bagaimana lagi, orang-orang juga mau cari makan untuk keluarganya, kalau barang bekas ini dilarang, kami mau makan pake apa,” ungkap wanita berumur 40 tahun ini.

Kejelian dan kecermatan dalam memperhitungkan untung rugipun harus diperhitungkan. Jika tidak, para pedagang bisa mengalami kerugian yang cukup besar. Hal ini dikarenakan modal yang dikeluarkan untuk membeli barang bekas ini tidak sedikit. Satu bal baju bekas yang berisi 300 helai baju saja harganya bisa mencapai 3juta/bal itupun tidak semuanya dalam kondisi bagus. Kadang penjual menumukan baju dalam kodisi rusak dan tidak layak pakai. Khusus untuk pakaian dalam, modal awal yang ditawarkan sangat tinggi. Satu bal bra atau celana dalam saja modalnya bisa mencapai 8juta/bal, sedangkan untuk celana pendek modalnya bisa mencapai 10-12juta/bal. Nurlela (38th) yang juga merupakan salah satu pedagang pakaian bekas, khusus pakaian dalam mengungkapkan mahalnya modal pakaian dalam bekas itu disebabkan karena barang-barang tersebut semakin sulit di dapat. ‘’Barang-barang bekas ini kan memang sulit masuk ke indonesia, sedangkan baju-baju saja sudah susah masuknya, apalagi pakaian dalam. Makanya pakaian-pakaian dalam ini harganya mahal, di samping kualitasnya yang bagus,” ungkap wanita yang sudah berjualan 5 tahun ini di Pasar Senen.

Jenis baju yang dijual di toko-toko baju bekas biasanya berjumlah terbatas atau malah hanya tersedia sebanyak satu buah saja sehingga terkesan lebih personal. Efek personalitas ini yang tidak bisa didapat jika kita membeli baju di mall atau supermarket karena baju-baju yang dijual di sana rata-rata dibuat secara massal. Pengguna pakaian bekas ini mengaku tidak ada masalah dalam memakainya. Hal ini diungkapkan oleh, Firmansyah dan Susanto. Mereka mengakui bahwa telah lama menggunakan pakaian bekas karena kualitas dan harganya yang sangat miring dan cocok untuk kantong anak muda. Mereka menyebut pakaian bekas itu dengan istilah “baju vintage”. ‘’Baju vintage itu kan baju luar, didatangkan dari luar dan kualitasnya pun bagus dari pada buatan dalam negeri. Apalagi kalo kita udah tahu merk-merk terkenal yang terkadang juga terdapat dalam baju vintage tersebut. Kalo kita beli baru harganya bisa mencapai 300rb, disana bisa kita dapat dengan harga 40rb,” ungkap mahasiswa Trisakti ini.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Nia, pelajar SMA, wanita yang baru pertama kali membeli pakaian bekas ini mengaku bahwa ia mulai tertarik untuk membeli baju bekas karena harga dan kualitas baju tersebut cukup bagus. ‘’Harga baju-bajunya murah, kualitasnya juga boleh, high kuality lah, enak dipake juga. Untuk kedepan nggak ada salahnya saya mulai menggunakan baju bekas itu, ya, kalo ada yang mau ngajakin saya kesana dan ada yang cocok, kenapa tidak,’’ ujarnya.

Yang namanya pakaian bekas tetap pakaian bekas. Baju yang telah dipakai oleh orang-orang sebelumnya yang tidak jelas bagaimana kondisinya, apakah mereka bersih, atau terbebas dari segala macam penyakit. Apalagi barang-barang tersebut didatangkan dari luar negri dan tertumpuk-tumpuk jadi satu ketika didalam kontainer. Jika tidak hati-hati bisa saja para pengguna baju bekas akan terkena berbagai macam penyakit kulit. Untuk itu, perlu adanya ketelitian dari para konsumen baju bekas untuk meminimalisir akan resiko tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh Firmansyah dan Susanto. ‘’kalo mikirin bahaya kesehatan, itu memang sudah resiko bagi pengguna pakaian bekas, tapi kita kan bisa mensiasatinya. Setelah kita membeli pakaian bekas, kita rendam saja pakaian-pakaian tersebut ke dalam air panas beberapa menit, setelah itu pakaian-pakian tersebut kita bawa ke loundry untuk dicuci”, tandas mahasiswa smester 4 ini.

Sejauh ini, kebanyakan anak-anak muda yang menggunakan pakaian bekas kadang bersikap malu-malu jika ketahuan membeli pakaian bekas tersebut. Sikap malu-malu dari konsumen baju bekas di Indonesia ini juga didorong oleh respon sebagian besar masyarakat yang menganggap baju-baju bekas adalah sesuatu yang menjijikkan karena tidak jelas asal-usul sejarahnya, juga berkesan kumuh karena dibeli di tempat-tempat yang sempit penuh sesak dengan karung-karung isi baju bekas bertumpuk-tumpuk.

Namun, lain halnya dengan Rizal , anak muda asal kemayoran ini mengaku kepada teman-temannya jika ia merupakan salah satu konsumen pemakai baju bekas. ‘’Saya ngaku saja kalo saya pemakai pakaian bekas, kadang malahan saya bangga, ngapain mesti malu, seharusnya bangga bisa make barang luar. Saya bangga karena saya bisa membeli suatu barang tertentu dengan harga murah sedangkan orang lain membeli dengan harga mahal padahal kualitasnya sama,” ungkap pria 26 tahun ini.

Lain orang, lain juga prinsipnya. Walaupun banyak anak-anak muda yang senang memakai baju bekas, ada juga sebagian anak muda yang enggan bahkan tidak mau menggunakan baju bekas. Hal ini diungkapkan oleh Dian Rahmawati dan Dira oktaviana. Mereka mengaku tidak mau menggunakan baju bekas karena tidak jelas asal-usulnya dan mereka lebih memilih membeli baju baru. “Selain itu bekas orang, kita kan juga nggak tau orang yang sebelumnya punya baju itu apakah ada mengidap penyakit kulit atau sebagainya, walau udah dicuci atau udah dilaundry segala macem lah, kuman-kuman itu belum tentu bersih dipakaiannya dan tetap aja nggak higienis. Biarin deh beli baju baru, ada juga kok baju baru yang harganya 20ribu-30ribu, dari pada second,” ungkap Mahasiswi Komunikasi UPN”Veteran”Jakarta ini.

Karena harga yang jauh lebih murah dan bermerk juga banyak dari para konsumen tidak memikirkan efek lain yang ditimbulkan oleh pakaina bekas dari berbagai macam penyakit misalnya penyakit kulit bahkan penyakut menular.

Namun, waspada sebab mengenakan pakaian bekas memiliki risiko tersendiri. “Pakaian tersebut mungkin dipenuhi tungau dan kutu dan dapat mengandung beberapa jenis bahan kimia bahkan bakteri, dan cara terbaik untuk menghindari risiko lebih lanjut yakni dengan sebisa mungkin tidak membeli pakaian bekas. Ungkap dokter Silviani Rayahu, SpKK yang bertugas di rumah sakit Jakarta Medical Centre. Bagi Anda yang telah membeli pakaian bekas, ia menyarankan untuk mencucinya sebersih mungkin. Untuk pakaian, sepatu ,dan celana dalam bekas, ada baiknya dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari sebelum dipakai. Dalam situasi apa pun, menurut Silviani, sebaiknya kita jangan membeli pakaian bekas. “Tanpa kebersihan yang layak, pakaian bekas bisa saja menyebarkan gonore kronis yang sulit untuk didiagnosa,” gonore merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Bilamana tidak diobati,infeksi akut ini bisa menjadi kronis dan menjalar keorgan tubuh lain, ungkapnya.

Pakaian baru saja bisa menyebabkan penyakit karena penggunaan bahan pengawet yang tidak sesuai standar, apalagi pakaian bekas sudah pasti mengandung banyak penyakit. Jadi piki-pikirlah terlebih dahulu sebelum membeli pakaian bekas.

Monday, February 2, 2015

Penyebab Jahitan Loncat


Ada 9 penyebab jahitan loncat/skip, yaitu :
  1. Ukuran jarum salah – menggunakan jarum yang terlalu kecil atau terlalu besar akan menyebabkan jahitan loncat. Pastikan ukuran jarum sesuai dengan bahan yang akan dijahit.
  2. Jarum bekas/lama – jika anda tidak ingat kapan terakhir anda mengganti jarum, sebaiknya segera ganti jarum ! Jarum bekas/lama kurang efektif untuk menjahit, biasakan untuk menggantinya. Aku biasa menggunakan 1 jarum untuk satu baju sifone/shantung, dan 1 jarum untuk 2 baju katun.
  3. Kurang oli – pastikan mesin jahit anda telah di beri oli secara berkala, terutama untuk beberapa bagian.
  4. Benang tidak cocok – mungkin saja anda salah memilih benang jahit. Bahan yang tebal seperti denim tentu saja berbeda dengan bahan yang tipis seperti sifone. Selalu sinergikan antara jarum, benang dan bahan.
  5. Benang murahan – tentu saja dengan membeli benang yang murah, anda bisa menghemat ongkos produksi, tapi apakah jahitan tersebut tahan lama dan kuat ? TIDAK. Belilah benang yang berkualitas bagus, jangan hanya mengejar kuantitas.
  6. Jarum murahan – sama dengan pemilihan benang, belilah selalu jarum yang berkualitas, jangan mengejar kuantitas saja.
  7. Mesin jahit anda sudah tua – mungkin saja beberapa bagian dari mesin jahit anda sudah tidak presisi atau aus. Segera bawa ke tukang servis langganan anda.
  8. Kurang tekanan – jika benang kendur atau kurang kencang, mesin jahit anda akan bingung,
    pastikan tekanan/tension sudah tepat sebelum anda menjahit.
  9. Benang dan Jarum tidak cocok –  jika benang terlalu besar untuk ukuran jarum yang anda gunakan, akan berpengaruh dengan kualitas jahitan anda.